Senin, 13 Januari 2014

Sel Punca, Masa Depan Dunia Kedokteran

Dunia kedokteran terus berkembang, apa yang tidak dapat dilakukan 10 tahun lalu, dapat kita lakukan sekarang dengan mudah. Pemasangan cincin (ring) di pembuluh darah jantung telah dilakukan secara rutin untuk membuka pembuluh darah yang tersumbat. Prosedur ini telah menyelamatkan banyak nyawa. Namun, prosedur seperti ini hanya impian di masa lalu, dimana saat itu penyebab penyakit jantung pun masih menjadi bahan perdebatan.

Kini, sebuah jendela pengetahuan baru juga mulai terbuka, yaitu sel punca atau stem cell. Sel Punca atau stem cell adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan sel yang dapat berkembang menjadi berbagai jenis sel. Sel punca merupakan cikal bakal dari semua sel tubuh kita. Jadi kita bisa merangsang dan menumbuhkan sebuah jaringan tubuh tertentu dengan satu sel ini, misal jaringan kulit, otot atau sel darah.

Bayangkan jika seorang kerabat Anda menderita sakit jantung, namun dapat kembali sehat karena diberikan sel punca yang dapat menggantikan sel jantungnya yang rusak. Sel punca juga dapat menggantikan jaringan kulit yang rusak pada penderita luka bakar yang luas. Bahkan, baru-baru ini telah ditemukan di Jerman bagaimana transplantasi stem cell dapat menyembuhkan seorang penderita AIDS.  Menarik bukan?

Belum lama ini diadakan sebuah kuliah tamu mengenai potensi dari sel punca yang bertempat di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kuliah tamu ini dihadiri tiga pembicara yang diundang untuk berbicara seputar sel punca. Pembicara yang hadir meliputi Profesor Sheng Ding (Amerika Serikat), dr. Stephen E. Epstein (Amerika Serikat), dan dr. Boenjamin Setiawan, PhD (founder and honorary chairman Kalbe group).

Sesi kuliah dibuka dr. Boenjamin Setiawan yang memaparkan pentingnya mengembangkan sel punca untuk masa depan kedokteran Indonesia. Selain itu, dr. Boenjamin juga memaparkan tentang berbagai kegunaan sel punca di dunia kedokteran.


“Sel punca adalah sel yang mempunyai kemampuan untuk membelah dan berkembang menjadi berbagai bentuk sel atau jaringan lain,” ungkapnya.

Manfaat sel punca banyak sekali, diantaranya untuk penyembuhan luka, anti-ageing, patah tulang dan masih banyak lagi. dr. Boenjamin mengakhiri dengan berpesan bahwa perkembangan sel punca di Indonesia masih tertinggal jika dibandingkan dengan negara lain, namun Indonesia masih bisa mengejar karena Indonesia memiliki sumber daya yang diperlukan untuk perkembangan teknologi sel punca ini.

Profesor Sheng Ding melanjutkan sesi kuliah dengan memaparkan hasil penelitian yang telah dilakukannya. Profesor Sheng Ding telah mengidentifikasi berbagai molekul kimia yang dapat digunakan untuk mengatur nasib dari sel punca. Melalui berbagai molekul ini, sel punca dapat diprogram sehingga bisa berkembang menjadi berbagai sel dewasa yang kita inginkan. Melalui wawancara eksklusif dengan redaksi Klikdokter, Prof. Sheng Ding juga memaparkan bahwa dirinya yakin dalam beberapa tahun ke depan kita sudah dapat merasakan manfaat dari teknologi sel punca ini.

Sesi kuliah ditutup oleh dr. Stephen E. Epstein. Beliau adalah seorang dokter spesialis jantung yang mendalami hubungan sel punca dengan penyakit jantung. Beliau memaparkan bahwa berbagai penelitian saat ini masih belum dapat menunjukkan manfaat yang signifikan dari terapi sel punca pada penyakit jantung. Namun dr. Stephen berpendapat bahwa hasil ini disebabkan peneliti masih belum menemukan cara yang tepat untuk menggunakan sel punca dengan maksimal. Jika peneliti sudah menemukan cara yang tepat untuk membuka misteri dari sel punca, maka manusia akan mendapatkan manfaat yang besar dai potensi sel punca yang sangat besar.

Kita baru saja memasuki era perkembangan sel punca, sehingga masih banyak yang perlu kita pelajari tentang sel punca ini. Sel punca memiliki potensi yang sangat besar, sel ini dapat menggantikan sel jantung yang rusak, mengganti tulang yang patah atau kerusakan organ lain yang masih belum ada pengobatannya.  Ketika teknologi sel punca sudah berhasil, tentu akan banyak sekali nyawa manusia yang dapat diselamatkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar