Bergelut dalam dunia kedokteran tidak cukup hanya berbekal intelegensi.
Masih ada sederetkompetensi yang patut dipenuhi demi terciptanya
integritas profesi. Salah satu modal utama yang wajib dimiliki dokter
adalah kemampuan berkomunikasi efektif. Seorang dokter harus dapat
berkomunikasi dengan siapa saja tutur Prof. dr. Menaldi Rasmin, SpP(K),
Ketua Konsil Kedokteran Indonesia (KKI).
Oleh karena itu tidaklah mengherankan bila dokter dituntut untuk
membina relasi yang baik dengan berbagai pihak. Masalah kemudian muncul
apabila kerjasama tersebut tidak mengindahkan aturan-aturan etika etik
profesi yang berlaku. Adapun aturan etik kedokteran tersebut mengacu
pada Kode Etik Kedokteran Indonesia dan Pedoman Pelaksanaan Kode Etik
Kedokteran Indonesia yang dikeluarkanoleh Majelis Kehormatan Etik
Kedokteran Indonesia Ikatan Dokter Indonesia (MKEK IDI). Namun, masalah
etik kian menjadi abu-abu bila tidak ada control dan pengawasan berkala.
Hukuman untuk masalah etik adalah sangsi moral. Oleh
karenanya,organisasi profesi harus berani menegur dan melakukan
pembinaan agar masalah tersebut tidak terulang lagi. Bilaperlu, teguran
dapat dilanjutkan dengan hukuman yang lebih berat. ungkap Menaldi. Ia
pun menambahkan, saat ini tidak hanya MKEK yang menyorot masalah etik
kedokteran. Sebut saja Makelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia
(MKDKI) serta beberapa LSM yang secara tidak langsung turut menjadi
lembaga control etik kedokteran. Lembaga-lembaga itu seyogyanya mampu
turut serta mengawasi dan mencegah tindak kerjasama yang menyalahi
aturan, lanjut Menaldi.
Meskipun demikian, Problematika etik sarat dengan nilai-nilai moral
yang dipegang masing-masing individu. Itulah sebabnya, nilai-nilai
tersebut hendaknya dipupuk sejak awal pendidikan kedokteran. Contoh
teladan yang baik juga perlu diberikan oleh segenap staf pengajar.
Dengan demikian, keberanian organisasi profesi, lembaga control, serta
pendidikan merupakan pilar penting untuk membangun etik kedokteran di
Indonesia. Sejatinya, semua dokter telah mengenal etik kedokteran.
Pedoman berprofesi tersebut telah diperkenalkan sejak duduk dibangku
pendidikan, hingga menjadi suatu pengalaman pribadi. Namun, apakah
nilai-nilai tersebut akan terus terpatri dalam perjalanan karir para
dokter masih menjadi suatu pertanyaan besar. Bagaimana dengan anda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar